Dari gelanggang olahraga hingga ruang parlemen, Syaiful Bakhry, SY., S..Pd  membawa harapan baru bagi masa depan atlet, pelatih, dan olahraga tradisional Kutim.

“Kalau tidak kita pikirkan dari sekarang, semua potensi itu akan hilang sia-sia,” Syaiful Bahkry, SY., S.Pd


BERITA PERLEMEN  40 – Sang Pejuang Olahraga itu Bernama Syaiful Bakhry S.Pd. Mantan guru, pengawas sekolah, dan ASN di Dinas Pemuda dan Olahraga Kutai Timur itu kini resmi menjadi anggota DPRD Kutai Timur periode 2024–2029 Fraksi Partai Keadilan Sejahtera ) F-PKS ). Tak menunggu lama, ia langsung mengibarkan bendera perjuangan: menginisiasi Raperda Penyelenggaraan Keolahragaan di Kutim.

“Ini bukan sekadar regulasi. Ini adalah perjuangan menyelamatkan masa depan atlet, pelatih, dan pegiat olahraga di Kutim. Saya ingin saat saya tak lagi menjadi anggota dewan, masih ada jejak nyata kontribusi saya untuk daerah ini,” ucap Syaiful Bakhri dalam wawancara diruang kerjanya belum lama ini..

Dari Mimpi Lama, Menjadi Gerakan Nyata

Gagasan ini bukan muncul tiba-tiba. Ia lahir dari kekecewaan yang dalam melihat nasib para atlet yang dulunya harum, tapi kini tenggelam dalam ketidakjelasan. Ada yang pulang kampung dalam kemiskinan, ada yang tak sanggup meneruskan sekolah karena terlalu sibuk membela daerah, bahkan ada yang berprestasi hingga level nasional dan internasional—namun tetap tak dianggap layak untuk mendapat masa depan yang pasti.

“Atlet itu bukan mesin. Mereka manusia yang mempertaruhkan masa depan demi nama daerah dan negara. Maka negara wajib hadir,” tegas Syaiful Bakhry yang juga anggota Badan Kehormatan ( BK ) dan anggota Badan Musyawarah ( Banmus ) DPRD Kutai Timur .

Sekolah Khusus Atlet? Kenapa Tidak!

Salah satu isi krusial dalam usulan Raperda ini adalah membentuk sistem pendidikan yang berpihak pada atlet. Syaiful mengisahkan, di kampungnya ada seorang atlet bulutangkis yang ditolak ikut TC karena sekolah tak memberikan izin. Di sinilah, menurutnya, perlu hadir sekolah atau sistem khusus agar para atlet muda bisa berprestasi tanpa harus mengorbankan pendidikan.

“Kalau tidak kita pikirkan dari sekarang, semua potensi itu akan hilang sia-sia,” ujarnya.

KORMI, KONI, dan Masa Depan Olahraga Tradisional

Tak hanya bicara olahraga prestasi di bawah KONI, Syaiful juga memberi perhatian besar pada olahraga rekreasi di bawah KORMI (Komite Olahraga Masyarakat Indonesia). Di dalamnya ada INORGA (Induk Organisasi Olahraga) terdiri dari 80 cabang olahraga yang merupakan kekayaan lokal yang sering dipandang sebelah mata.

“Saya sendiri adalah atlet nasional sumpit Kaltim. Tahun 2010 saya mewakili Indonesia di ajang Internasional Sukan Borneo melawan Sabah, Serawak, dan Brunei. Saya pulang dengan tiga medali emas. Saya tahu betul rasanya berjuang dengan idealisme, tapi minim perhatian,” katanya penuh emosi.

Perjuangan yang Kini Terwadahi Resmi

Kini, perjuangan itu bukan lagi sekadar suara minoritas. Telah dibentuk Panitia Khusus (Pansus) Raperda Penyelenggaraan Keolahragaan DPRD Kutai Timur, dan Syaiful masuk sebagai bagian penting di dalamnya. Raperda ini akan memayungi semua jenis olahraga—prestasi, rekreasi, hingga disabilitas.

“Kita ingin ada bonus, penghargaan, jaminan masa depan, bahkan peluang kerja bagi mereka yang telah mengharumkan nama daerah. Di Jawa Barat, Jawa Timur, Jogja, Jawa Tengah —semua sudah punya Perda semacam ini. Kini, giliran Kutim,” tegasnya.

Jejak Hidup Seorang Guru yang Kini Berjuang dari Parlemen

Lahir di Loa Kulu, Kukar, 31 Juli 1964, Syaiful panggilannya khasnya adalah lulusan SPG Tenggarong dan S1 PGSD di Universitas Mulawarman. Ia pernah menjadi guru dan kepala sekolah selama lebih dari 13 tahun, kemudian menjadi pengawas, hingga akhirnya pensiun sebagai Kabid Pengembangan Kepemudaan di Dispora Kutim.

Kini, ia mengemban amanah baru. Namun semangatnya tetap sama: berjuang untuk olahraga.

Akhir Kata: Olahraga Adalah Jalan Peradaban

Apa yang diperjuangkan Syaiful Bakhry adalah lebih dari sekadar Perda. Ia sedang menanam harapan dan membangun masa depan. Agar anak-anak Kutim bisa berlatih tanpa cemas, bertanding tanpa waswas, dan pulang dengan senyum yang tak hanya harum oleh medali, tapi juga oleh kepastian.

Dan mungkin, kelak, sejarah akan mencatat: bahwa dari sudut arena dan ruang sidang itulah, Syaiful Bakhry menorehkan bakti abadi bagi olahraga Kutai Timur.Penulis: Adi Sagaria (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!
Verified by MonsterInsights