Penulis: Jumran, S.E., M.Si – Camat Kongbeng dan Wakil Bendahara Koalisi Kependudukan Indonesia Provinsi Kalimantan Timur
Pemerintah Kabupaten Kutai Timur terus menegaskan komitmennya dalam membangun sumber daya manusia yang unggul, berkarakter, dan berakhlak. Salah satu langkah strategis yang menjadi sorotan adalah peluncuran program Seribu Beasiswa Hafidz/Hafidzah, yang kini menjadi bagian penting dalam 50 Program Unggulan Menuju Kutai Timur Hebat.
Program ini bukan sekadar bantuan pendidikan, melainkan gerakan kolektif untuk melahirkan generasi Qur’ani yang kuat secara spiritual, tangguh secara moral, dan cerdas secara intelektual. Di bawah kepemimpinan H. Ardiansyah Sulaiman dan H. Mahyunadi (ARMY) periode 2025–2030, program ini menjadi ikon pembangunan yang menekankan nilai religius dan humanis.
Menariknya, program Seribu Beasiswa Hafidz ini berada di urutan pertama dari seluruh daftar 50 Program Unggulan ARMY. Ini menjadikan program tersebut bukan hanya prioritas, tetapi juga simbol awal dari arah pembangunan Kutai Timur yang berlandaskan pada akhlak, spiritualitas, dan kecintaan terhadap Al-Qur’an. Posisi ini menegaskan bahwa pembangunan sumber daya manusia berbasis nilai keislaman menempati posisi utama dalam visi besar ARMY.
Program ini lahir dari keinginan kuat untuk menciptakan masa depan Kutai Timur yang tidak hanya maju secara fisik dan teknologi, tetapi juga bercahaya secara moral dan spiritual.
Pembangunan tidak cukup hanya dengan infrastruktur. Kita butuh generasi yang bersih jiwanya, kuat akhlaknya, dan hafal ayat-ayat Tuhan sejak dini.
Beasiswa Hafidz merupakan bagian dari 50 Program Unggulan ARMY yang terbagi dalam tiga pilar pembangunan: 27 Program Kutai Timur Hebat, 17 Program Desa Hebat, dan 6 Program Kota Hebat. Inisiatif ini menunjukkan bahwa pembangunan di Kutai Timur tidak hanya berfokus pada jalan dan gedung, tetapi juga menyentuh aspek terdalam manusia: hati dan jiwa.
Melalui program ini, anak-anak dari pelosok bisa berdiri sejajar dengan yang di kota. Mereka bangga karena hafalan mereka dihargai, dan ini membangkitkan rasa percaya diri luar biasa.
Sinergi Lintas Pemerintahan
Program ini juga menjadi simbol sinergi antara kebijakan pusat, provinsi, dan daerah. Kutai Timur menunjukkan bahwa pembangunan spiritual dan pendidikan karakter dapat berjalan beriringan dengan pertumbuhan ekonomi dan sosial.
Fondasi Pendidikan Karakter
Beasiswa Hafidz menyentuh langsung masyarakat hingga ke desa-desa terpencil. Anak-anak yang sebelumnya mengaji di mushola sederhana kini mendapatkan perhatian nyata sebagai calon pemimpin bangsa. Nilai-nilai utama yang ditanamkan dalam program ini mencakup akhlak mulia dalam pergaulan sosial, kedisiplinan dan tanggung jawab berbasis nilai spiritual, serta ketahanan moral dalam menghadapi arus zaman.
Mendukung Visi Provinsi dan Nasional
Langkah ini juga sejalan dengan arah pembangunan Provinsi Kalimantan Timur di bawah kepemimpinan Gubernur H. Rudy Mas’ud dan Wakil Gubernur H. Seno Aji, yang menjadikan pendidikan karakter sebagai pilar utama pembangunan Bumi Etam. Selain itu, program ini turut mendukung Asta Cita Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, khususnya dalam pilar peningkatan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia menuju Indonesia Emas 2045.
Dampak Positif bagi Masyarakat
Program Seribu Beasiswa Hafidz telah membawa dampak nyata yang dirasakan langsung oleh masyarakat. Anak-anak kini semakin bersemangat dalam menghafal Al-Qur’an. Para santri kecil tumbuh dengan rasa percaya diri dan kebanggaan yang tinggi, karena keahlian mereka mendapatkan pengakuan dan dukungan pemerintah. Keluarga pun terdorong untuk lebih aktif dalam pendidikan agama, yang akhirnya ikut memperkuat nilai-nilai spiritual di lingkungan rumah tangga dan komunitas.
Program ini sekaligus menjadi bentuk keberpihakan nyata pemerintah terhadap pendidikan berbasis nilai-nilai keislaman yang inklusif dan membumi. Dengan menyasar para penghafal Al-Qur’an di berbagai pelosok daerah, pemerintah tidak hanya mendorong kecerdasan spiritual masyarakat, tetapi juga memperkuat ketahanan budaya dan identitas lokal yang religius.
Lebih dari itu, program ini memperlihatkan bahwa kepemimpinan Ardiansyah Sulaiman dan Mahyunadi tidak hanya menyentuh sisi teknokratis pembangunan, tetapi juga menyentuh hati masyarakat. Seribu Beasiswa Hafidz bukan hanya simbol komitmen terhadap pendidikan agama, tetapi juga wujud nyata dari kasih sayang pemimpin kepada rakyatnya. Dalam kerangka ini, Bupati dan Wakil Bupati telah memberikan warisan kebijakan yang tidak hanya mencerdaskan, tetapi juga mencerahkan.
“Seribu Beasiswa Hafidz bukan hanya program. Ini adalah investasi peradaban. Dari tangan-tangan kecil para hafidz inilah, kita bangun Kutai Timur yang bercahaya, dan Indonesia yang lebih bermartabat,” (*)