“Relokasi warga juga perlu dipikirkan untuk mencegah mereka terus menjadi korban,” tegas Masdari Kidang.
BERITA PARLEMEN 40 – Bengalon, 14 Mei 2025 — Bencana banjir yang terus melanda Kecamatan Bengalon, Kutai Timur, kini tidak bisa lagi dianggap sebagai musibah alam semata. Pendangkalan sungai, drainase tersumbat, serta dampak aktivitas manusia, termasuk perusahaan, disebut sebagai faktor utama yang memperparah kondisi ini. Akibatnya, masyarakat terus menjadi korban setiap kali hujan deras mengguyur.

Fakta ini mencuat dalam Rapat Penanganan Banjir Bengalon Tahap 2 yang digelar di Kantor Camat Bengalon, Rabu (14/5/2025). Rapat dipimpin Plt Camat Bengalon, Permana Lestari, dan dihadiri anggota DPRD Kutai Timur, H. Masdari Kidang, bersama unsur pemerintah, TNI-Polri, BPBD, DLH, DPU-PR Kutim, perusahaan, dan perwakilan masyarakat.
Plt Camat Bengalon, Permana Lestari, menegaskan bahwa warga Bengalon selalu menjadi korban yang paling terdampak. Banjir memutus akses jalan, merendam permukiman, dan mengancam keselamatan masyarakat akibat predator buaya muara.

“Warga kami selalu menjadi korban. Rumah terendam, akses lumpuh, ancaman predator di malam hari. Jangan sampai mereka merasa dibiarkan sendirian menghadapi musibah ini. Ini bukan lagi bencana tahunan yang bisa dianggap biasa,” kata Permana.
Sementara itu, Anggota DPRD Kutai Timur, H. Masdari Kidang, mengingatkan pentingnya peran perusahaan dalam masalah ini. Ia mengharapkan perusahaan-perusahaan di Bengalon untuk lebih peduli dan bersama-sama dengan pemerintah memberikan solusi yang lebih konkret terhadap dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas mereka.
“Keberadaan perusahaan harus lebih peduli terhadap dampak lingkungan yang ditimbulkan. Kami berharap perusahaan bisa bekerja sama dengan pemerintah untuk menangani masalah ini secara serius, demi kesejahteraan masyarakat. Relokasi warga juga perlu dipikirkan untuk mencegah mereka terus menjadi korban,” tegas Masdari Kidang.
Penyebab Bukan Sekadar Hujan
Temuan lapangan dari BPBD dan DLH Kutim menunjukkan bahwa penyebab utama banjir Bengalon meliputi:Pendangkalan sungai dan anak sungai.Tersumbatnya drainase akibat sampah dan sedimentasi.Pembangunan tanggul oleh perusahaan yang mengubah aliran air.Curah hujan tinggi yang mempercepat luapan air ke permukiman.
Dengan kombinasi faktor tersebut, kawasan pemukiman di Desa Sepaso Barat dan Sepaso Selatan menjadi titik rawan yang selalu terendam saat musim hujan tiba.
Langkah Konkret yang Disepakati
Rapat ini menghasilkan beberapa langkah prioritas, yaitu:Peningkatan badan jalan di desa-desa terdampak.Normalisasi sungai Bengalon dan sekitarnya.Pembangunan kolam retensi 14 hektar (saat ini baru 2 hektar tersedia).Penanganan predator buaya muara bersama BPSPL.Kajian pembangunan sodetan 12 kilometer menuju laut sebagai solusi permanen.
Perwakilan FKDM Bengalon, Ardi Amirudin, mengingatkan bahwa penanganan banjir Bengalon butuh kerja sama semua pihak dan tidak cukup hanya dengan wacana. “Penanganan banjir Bengalon memerlukan dana besar dan aksi nyata. Warga sudah lelah menjadi korban. Saatnya semua pihak bergerak bersama,” ujarnya.
Warga Desa Sepaso Barat dan Sepaso Selatan pun berharap hasil rapat ini benar-benar diwujudkan dalam bentuk tindakan nyata di lapangan.”Kami butuh solusi nyata, bukan hanya janji. Setiap hujan, kami yang kebanjiran. Jangan biarkan kami terus menjadi korban tanpa kepastian kapan ini akan selesai,” tegas Muh. Yunus, perwakilan warga. Rapat ditutup dengan komitmen bersama agar seluruh pihak segera menindaklanjuti hasil pembahasan dengan aksi nyata demi keselamatan dan kenyamanan warga Bengalon.(*)